Hikmah Hari Ini :

"Kaya yang Sebenarnya Adalah Ketenangan Jiwa"

Sabtu, 11 Agustus 2012

MENJAGA UKHUWAH ISLAMIYAH


"Sesungguhnya orang-orang mumin adalah bersaudara. Maka damaikanlah antara saudara kamu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat".

Ayat ke sepuluh surat al-Hujurat ini merupakan ayat yang paling populer untuk menganjurkan ukhuwah islamiyah. Setidaknya, ayat ini mengandung empat point di dalamnya. Pertama, penegasan bahwa seluruh umat Islam itu bersaudara dan penegasan adanya kesejajaran antara keimanan dan persaudaraan. Kedua, perintah untuk mendamaikan dua orang yang berselisih. Ketiga, perintah untuk bertakwa kepada Allah, menjaga pesan-pesan agama ketika terjebak dalam perselisihan dan keempat, berita tentang rahmat Allah yang disediakan khusus bagi mereka yang selalu menjaga nilai-nilai persaudaraan.

Nilai persaudaraan dalam Islam
Mantan rektor universitas al-Azhar Mesir, Dr. Abdul Halim Mahmud dalam bukunya, fiqh al-ukhuwaah fi al-Islam, mengutip pendapat imam Quthubi dan Ibnu Katsir, bahwa ukhuwah dalam ayat sepuluh surat al-Hujurat ini adalah persaudaraan seagama sesuai dengan sabda Nabi: "seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya". (HR. Bukhari)

Ketika Rasulullah dan para sahabatnya tiba di Medinah, langkah pertama yang dirintis Rasulullah adalah muakhah (mempersaudarakan) antara seorang anggota Muhajirin dengan seorang anggota Anshar. Sejarah mencatat betapa kuatnya persaudaraan yang terjalin di antara kedua golongan Muhajirin dan Anshar ini sampai terjadi tawaruts (saling mewarisi) bila satu di antara dua sahabat tersebut meninggal dunia. Tradisi tawaruts ini kemudian dihapus setelah turun ayat "Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam Kitab Allah daripada orang-orang mukmim dan orang-orang Muhajirin (QS al-Ahzab [33] : 6). Indahnya persaudaraan antara kaum Muhajirin dan Anshar ini juga diabadikan dalam al-Quran, "Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung. (QS al-Hasyr [59] : 9).

Ukhuwah dalam Islam menempati posisi yang sangat tinggi. Ia merupakan batu bata bagi tegaknya bangunan perjuangan Islam. Rasulullah selalu menekankan terjaganya nilai-nilai persaudaraan di hati para sahabat. Beliau bersabda: "janganlah kalian saling mendengki, saling membenci, saling memusuhi, dan jangan membeli barang yang sedang ditawar orang lain, hendaklah kalian menjadi hamba-hamba Allah yang saling bersaudara", (HR. Muslim)

Ketika ukhuwah Islamiyah tercederai
Minggu, 1 Juni 2008 adalah hari kelabu bagi umat Islam Indonesia. Hari itu –dan hari hari setelahnya-- berita utama di hampir semua media cetak dan media elektronik diisi berita penyerangan FPI terhadap Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKK-BB). Tak penting untuk menunjuk siapa yang benar dan siapa yang salah dalam tragedi ini, yang sangat penting adalah hadirnya perasaan pilu yang mendalam ketika kita menyaksikan saudara-saudara kita saling 'memakan' antara sesama. Lebih pilu lagi ketika setelah hari itu, kita menyaksikan betapa mendalamnya rasa benci, dendam dan permusuhan yang berkecamuk di antara para pemimpin dan pengikut kedua belah pihak.

Dalam segala hal, Indonesia adalah negara mejemuk yang penuh warna warni. Islam di Indonesia pun begitu banyak bingkainya, ada Islam tradisionalis, modernis, liberalis, fundamentalis, puritanis, revivalis, formalis, substantifistis dan lain-lain. Keberagaman ini, bila bersinergi akan menghasilkan hasil seindah hiasan mozaik. Islam juga akan perkasa bilamana setiap keragaman ini bekerja maksimal sesuai dengan jalurnya masing-masing. Namun yang terlihat ke permukaan adalah betapa kuatnya fanatisme golongan dan fanatisme terhadap pendapat dan pola pikir yang sudah tumbuh dan mengakar, yang menutupi rasionalitas al-Quran dan sabda Nabi (hadits) sebagai landasan agama dalam menghadapi perbedaan.

Mendamaikan saudara yang bertikai
Tak nyaman rasanya, bila ada dua saudara kita yang bertikai, dan kita berada di salah satu pihak, lantas kita tergugah atau menggugah orang lain menanam, menyiram memupuk dan menyuburkan benih-benih permusuhan terhadap pihak musuh. Tapi lebih jelek lagi ketika kita ada di luar dua pihak yang bertikai tadi lantas kita bertepuk tangan untuk menyemangati pertikaian itu. Tapi yang terbaik adalah melangkah untuk mendamaikan. Ayat sepuluh dari surat al-Hujurat ini, juga ayat sebelumnya (ayat 9) menegaskan perintah Allah agar kita, dengan cara apapun dan bagaimanapun bekerja untuk mendamaikan pertikaian, terlebih-lebih bila yang bertikai itu saudara-saudara kita sendiri. Minimalnya, kita sendiri tidak terjebak dalam posisi di mana kita membiarkan diri kita larut dalam perasaan membenci sesama.

Kalau dalam ayat ini Allah menjanjikan rahmat-Nya bagi siapapun yang menjaga ukhuwah Islamiyah, mendamaikan dua pihak yang bertikai, dan menjaga nilai-nilai ketakwaan ketika bertikai, maka dalam ayat yang lain Allah menjajikan pahala yang besar, yaitu surga, "Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar. (QS al-Nisa [4] :114)

Penutup
Cinta dan kasih sayang adalah benih yang ditanamkan Allah di hati sanubari manusia. Sedangkan benci, dendam dan sikap bermusuhan adalah benih yang terus ditanamkan setan di dada setiap manusia, "Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu" (QS al-Maidah [5] : 96). Maka, mari kita terus kobarkan ukhuwah Islamiyah di tengah keragaman yang ada, sehingga Islam senantiasa memperlihatkan keindahannya, seindah-indahnya. Wallahu A'lam.

2 komentar: