"Sesungguhnya
orang-orang mumin adalah bersaudara. Maka damaikanlah antara saudara kamu dan
bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat".
Ayat ke
sepuluh surat al-Hujurat ini merupakan ayat yang paling populer untuk
menganjurkan ukhuwah islamiyah. Setidaknya, ayat ini mengandung
empat point di dalamnya. Pertama, penegasan bahwa seluruh umat Islam itu
bersaudara dan penegasan adanya kesejajaran antara keimanan dan
persaudaraan. Kedua, perintah untuk mendamaikan dua orang yang
berselisih. Ketiga, perintah untuk bertakwa kepada Allah, menjaga
pesan-pesan agama ketika terjebak dalam perselisihan dan keempat,
berita tentang rahmat Allah yang disediakan khusus bagi mereka yang selalu
menjaga nilai-nilai persaudaraan.
Nilai
persaudaraan dalam Islam
Mantan
rektor universitas al-Azhar Mesir, Dr. Abdul Halim Mahmud dalam bukunya, fiqh
al-ukhuwaah fi al-Islam, mengutip pendapat imam Quthubi dan Ibnu Katsir,
bahwa ukhuwah dalam ayat sepuluh surat al-Hujurat ini adalah persaudaraan
seagama sesuai dengan sabda Nabi: "seorang muslim adalah saudara bagi
muslim yang lainnya". (HR. Bukhari)
Ketika
Rasulullah dan para sahabatnya tiba di Medinah, langkah pertama yang dirintis
Rasulullah adalah muakhah (mempersaudarakan) antara seorang
anggota Muhajirin dengan seorang anggota Anshar. Sejarah mencatat betapa
kuatnya persaudaraan yang terjalin di antara kedua golongan Muhajirin dan
Anshar ini sampai terjadi tawaruts (saling mewarisi) bila satu
di antara dua sahabat tersebut meninggal dunia. Tradisi tawaruts ini
kemudian dihapus setelah turun ayat "Dan orang-orang yang mempunyai
hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam Kitab
Allah daripada orang-orang mukmim dan orang-orang Muhajirin (QS
al-Ahzab [33] : 6). Indahnya persaudaraan antara kaum Muhajirin dan Anshar ini
juga diabadikan dalam al-Quran, "Dan orang-orang yang telah menempati
kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka
(Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka
(Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka
terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka
mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun
mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya,
mereka itulah orang orang yang beruntung. (QS al-Hasyr [59] : 9).
Ukhuwah dalam Islam
menempati posisi yang sangat tinggi. Ia merupakan batu bata bagi tegaknya
bangunan perjuangan Islam. Rasulullah selalu menekankan terjaganya nilai-nilai
persaudaraan di hati para sahabat. Beliau bersabda: "janganlah kalian
saling mendengki, saling membenci, saling memusuhi, dan jangan membeli barang
yang sedang ditawar orang lain, hendaklah kalian menjadi hamba-hamba Allah yang
saling bersaudara", (HR. Muslim)
Ketika
ukhuwah Islamiyah tercederai
Minggu, 1 Juni 2008 adalah
hari kelabu bagi umat Islam Indonesia. Hari itu –dan hari hari
setelahnya-- berita utama di hampir semua media cetak dan media elektronik
diisi berita penyerangan FPI terhadap Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan
Beragama dan Berkeyakinan (AKK-BB). Tak penting untuk menunjuk siapa yang benar
dan siapa yang salah dalam tragedi ini, yang sangat penting adalah hadirnya
perasaan pilu yang mendalam ketika kita menyaksikan saudara-saudara kita saling
'memakan' antara sesama. Lebih pilu lagi ketika setelah hari itu, kita
menyaksikan betapa mendalamnya rasa benci, dendam dan permusuhan yang
berkecamuk di antara para pemimpin dan pengikut kedua belah pihak.
Dalam segala
hal, Indonesia adalah negara mejemuk yang penuh warna warni. Islam di
Indonesia pun begitu banyak bingkainya, ada Islam tradisionalis, modernis,
liberalis, fundamentalis, puritanis, revivalis, formalis, substantifistis dan
lain-lain. Keberagaman ini, bila bersinergi akan menghasilkan hasil seindah
hiasan mozaik. Islam juga akan perkasa bilamana setiap keragaman ini bekerja
maksimal sesuai dengan jalurnya masing-masing. Namun yang terlihat ke permukaan
adalah betapa kuatnya fanatisme golongan dan fanatisme terhadap pendapat dan
pola pikir yang sudah tumbuh dan mengakar, yang menutupi rasionalitas al-Quran
dan sabda Nabi (hadits) sebagai landasan agama dalam menghadapi perbedaan.
Mendamaikan saudara yang
bertikai
Tak nyaman rasanya, bila
ada dua saudara kita yang bertikai, dan kita berada di salah satu pihak, lantas
kita tergugah atau menggugah orang lain menanam, menyiram memupuk dan
menyuburkan benih-benih permusuhan terhadap pihak musuh. Tapi lebih jelek lagi
ketika kita ada di luar dua pihak yang bertikai tadi lantas kita bertepuk
tangan untuk menyemangati pertikaian itu. Tapi yang terbaik adalah melangkah
untuk mendamaikan. Ayat sepuluh dari surat al-Hujurat ini, juga ayat
sebelumnya (ayat 9) menegaskan perintah Allah agar kita, dengan cara apapun dan
bagaimanapun bekerja untuk mendamaikan pertikaian, terlebih-lebih bila yang
bertikai itu saudara-saudara kita sendiri. Minimalnya, kita sendiri tidak
terjebak dalam posisi di mana kita membiarkan diri kita larut dalam perasaan
membenci sesama.
Kalau dalam ayat ini Allah
menjanjikan rahmat-Nya bagi siapapun yang menjaga ukhuwah Islamiyah,
mendamaikan dua pihak yang bertikai, dan menjaga nilai-nilai ketakwaan ketika
bertikai, maka dalam ayat yang lain Allah menjajikan pahala yang besar, yaitu
surga, "Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka,
kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah,
atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia.
Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, maka
kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar. (QS al-Nisa [4] :114)
Penutup
Cinta dan kasih sayang
adalah benih yang ditanamkan Allah di hati sanubari manusia. Sedangkan benci,
dendam dan sikap bermusuhan adalah benih yang terus ditanamkan setan di dada
setiap manusia, "Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan
permusuhan dan kebencian di antara kamu" (QS al-Maidah [5] : 96).
Maka, mari kita terus kobarkan ukhuwah Islamiyah di tengah keragaman yang ada,
sehingga Islam senantiasa memperlihatkan keindahannya, seindah-indahnya.
Wallahu A'lam.
Indahnya persaudaraan... Tulisan yg sangat bermanfa'at, izin copas.
BalasHapusTafadhol..
Hapussemoga ada mnanfaatnya..