Hikmah Hari Ini :

"Kaya yang Sebenarnya Adalah Ketenangan Jiwa"

Rabu, 23 Mei 2012

Manisnya Sebuah perjuangan

Seperti biasa, aku bangun pagi dengan penuh perjuangan. Setelah semalaman begadang, aku tetap harus bangun pagi, aku harus semangat mengajar lagi. Ya, mengoreksi soal, mengisi raport, dan membuat laporan bulanan adalah tugas-tugas yang harus aku selesaikan dalam waktu dekat ini. Sungguh, sebuah tugas yang harus aku selesaikan dengan penuh perjuangan, perjuangan melawan kantuk, capek, malas dan rasa pegal-pegal yang terasa menusuk tulang belulang. Namun, pagi ini dengan sisa semangat yang melekat di dada, kuteruskan langkah kaki menuju taman belajar, taman bermain yang indah dan menyejukkan hati. BKB-PAUD Melati …

Entah kenapa, pagi ini aku merasakan ada hawa yang berbeda. Hawa tanpa semangat biasanya. Hawa yang dipenuhi rasa kekecewaan. Betapa tidak, Sudah lebih dari tiga pekan aku menanti dengan harap-harap cemas sebuah pengumuman beasiswa. Sejak bulan Nopember berganti dengan Desember, hampir setiap malam aku pantengin sebuah situs web bernama www.beasiswajakarta.com. Situs inilah yang memberi harapan dimana aku diterima sebagai penerima beasiswa rekruitmen baru tahun 2011/2012 di Yayasan Beasiswa Jakarta. Dan tadi malam, aku sangat berharap namaku, Aida, dan nama sahabatku, mbak Erlina, terpampang di www.beasiswajakrta.com itu. Namun, hingga aku lelah memantenginnya, beranda di situs itu belum juga berubah, belum ada tanda-tanda penerima beasiswa itu di umumkan. Padahal, ketika aku dan mbak Erlina mengajukan beasiswa itu, Pak Syafi’i, bapak yang mengurusi beasiswa khusus Perguruan Tinggi, mengatakan kepada kami, bahwa pengumuman dapat dilihat sejak awal bulan Desember. Dan saat itu kami sangat optimis pengajuan kami diterima. Namun, diawal bulan Desember, pengumuman belum tertera di web yayasan itu. Beberapa minggu kemudian, mbak Erlina bilang ternyata pengumuman itu akan diberitahukan  dipertengahan bulan Desember ini. Ya, aku merasa sedikit lega karena itu berarti masih ada kesempatan bagiku untuk bersabar menanti pengumuman itu.

Hari-hari pun terlewati. Tibalah saatnya aku melihat pengumuman itu lagi. Namun, tetap saja belum ada pengumuman yang berarti, aneh..! gumamku. Aku semakin resah ketika angka dikalenderku sudah menunjukan bahwa hari ini tanggal 20 Desember. Belum ada pengumuman.. Ditambah lagi, sekarang mbak Erlina pindah kost-an dan belakangan sangat susah dihubungi. Membuat aku gelap informasi tentang baesiswa ini, apa yang sebenarnya terjadi..? Huh, aku mendesah pasrah. Ya Allah, Bila memang beasiswa itu rezeki hamba dari-Mu, dekatkan dan mudahkan hamba dalam meraihnya, namun, jika itu bukan rezeki hamba, jadikan hamba-Mu ini, hamba yang sabar ! Doaku penuh harap.

Masih dalam keadaan kurang semangat, hari ini aku mengajari anak didikku bagaimana menempel kertas di atas gambar dengan tehnik mozaik, aku bersama adik-adik kecil duduk melingkar. Karena bulan ini temanya ‘Tanah Airku’, aku pun menggambar bendera Indonesia, Bendera Merah Putih di buku gambar masing –masing anak. Lalu mereka memenuhi permukaan gambar tersebut dengan robekkan kertas kecil-kecil yang sudah di olesi lem. Kertas warna merah untuk bagian atas, dan kertas putih untuk bagian bawah. Tampaknya, mereka sangat bersemangat mengerjakan mozaik ini. Hingga aku tak perlu berlama-lama mengajari mereka. Mereka, bocah-bocah imut berusia 4-5 tahun ternyata bisa mengerjakannya sendiri dengan baik dan serius. Dengan terampil jari-jari merekapun menempeli kertas demi kertas dengan riang gembira. Bangganya !! J

Ditengah-tengah kesibukan kami, tiba-tiba Alya memanggil namaku,
“Bu Gulu, hape-nya bunyi !“ suara cadelnya membuyarkan konsentrasiku.
Tanpa disuruh, dengan sigapnya bocah manis berpipi tembem itu pun mengambil hapeku yang berada diatas meja kantor.
“ini bu gulu…” Tuturnya halus sembari menyerahkan hape itu.
“Subhanallah, pinter sekali ! Terimakasih ya anak manis !” sambutku tak kalah halus.
“sama-sama bu gulu cantik…” balas Alya sambil memamerkan gigi-giginya yang gupis. Bocah manis ini memang selalu membuatku gemas. Hehhmmmm..

Oh, ada sms masuk. Dari mbak Erlina ?! dengan penasaran aku buka sms itu..
“ Aidaaaaaaaa…. Nama qt da di ya2san beasiswa….”  
Hah, benarkah? Untuk meyakinkan, aku baca sms singkat yang tampak girang itu sekali lagi dengan seksama. Benar, aku tak salah baca.. Alhamdulillaah, pengajuanku diterima.. !!! Tiba-tiba, sms sederhana itu seakan menjadi infuse yang kembali menyegarkan tubuhku yang sejak kemarin seakan kehabisan cairan.
Ya Allah, Subhanallah wal hamdulillah….. terimakasih yaa Allah atas kabar gembira ini. Pengajuan beasiswaku diterima. Kau kembalikan semangat hamba dengan kejutan ini, Engkau sungguh luar biasa….. Ya Allah, terima kasih !

Betapa bahagianya aku. Sungguh hatiku girang, senang bukan kepalang. Perjuanganku tidak sia-sia, pengorbananku dibayar oleh Allah dengan kabar baik ini… Alhamdulillah.. kalimat syukur ini terus menggema di dadaku. Saking bahagianya, aku sampai memeluk dan menciumi murid-murid kecilku. Hingga mereka terbengong-bengong melihat tingkah anehku. Mungkin dalam benak mereka masing-masing saling bertanya-tanya. Ada apa dengan guruku yang baik hati ini…? Hehe… Tapi, aku tetap menciumi kepala mereka satu persatu tanpa menghiraukan kebingungan mereka. Salah satu diantara mereka, Haikal namanya, kemudian bertanya dengan bingung “Ada apa Bu Aida ?” “Tidak ada apa-apa. Ibu sayang kalian..” jawabanku semakin membuat mereka terbingung-bingung…

Bel istirahat berbunyi. Memberi aku kesempatan untuk membalas sms dari Mbak Erlina.
“ Alhamdulillahi robbil ‘alamiin !… trus kapan mbak qt ambil formulirnya?” tanyaku penuh antusias.
“besok ja da, tp aq coba minta izn dlu sama boz…”
“y udh mbak, insyaa Allah bsok yaa…”

Keesokan harinya, aku izin dari mengajar untuk mengambil formulir di Balai Kota Jakarta. Karena mbak Erlina tidak bisa izin, akhirnya aku ditemani ibuku tercinta kesana. Sesampainya disana, kantor Balai Kota tampak sudah dipadati oleh para pelajar yang namanya juga disebutkan sebagai penerima beasiswa. Dari pelajar tingkat SD, SMP, SMA sampai Mahasiswa semua berkerumun disana untuk mengambil formulir. Satu persatu dari mereka bertanda tangan kemudian menerima lembaran formulir. Tiba saatnya aku yang bertanda tangan sebagai bukti pengambilan formulir. Setelah bertanda tangan, pak Syafi’I memberi selamat kepadaku dan menerangkan dengan singkat teknik pengisian dan pengembalian formulir itu.

Setelah keluar dari ruangan, aku tersenyum lega.  Lembaran formulir itu benar-benar membuat hatiku bahagia. Sebuah kebahagiaan yang sulit untukku lukiskan. Bagiku, beasiswa ini sangatlah berarti. Karena beasiswa inilah yang akan membantuku melunasi tunggakan-tunggakan biaya kuliah yang sudah menggunung seabreg dan selama ini belum bisa ku cicil. Tentu ini akan menambah semangatku dalam menimba ilmu di kampus tercinta, kampus STAI Imam Syafi’I Jakarta.

Kebahagiaan yang sama ternyata juga dirasakan oleh mbak Erlina. Ia yang belakangan ini vacuum dari kuliah, mulai merintis semangatnya lagi. Semoga, semangat yang ia dapat kali ini tidak akan luntur lagi. Karena bagaimanapun, selalu ada jalan ketika kita bersemangat dalam meraih sesuatu. Walau ditengah perjalanan nanti, akan ada rintangan dan masalah yang menantang dan menguji kesabaran, namun, semangat itulah yang akan selalu menguatkan. Di tambah dengan iman yang akan menjaga kita dari keterpurukan. Harapanku, dan harapan kita semua ( SahabaT ImAm Syafi’I_STAI ) semoga mbak Erlina dan sahabat kami yang masih belum aktif, bisa semangat dan aktif kembali dalam mengikuti perkuliahan seperti dulu. Aamiin …

Mengenang kebahagiaan ini, aku teringat tentang sebuah perjuangan cukup panjang ketika kami berusaha mengajukan beasiswa, sampai akhirnya kami berhasil mendapatkannya. Sekadar flashback yaa !!! ini dia cerita kami…

Waktu itu, sekitar bulan Juli ketika kami masih duduk di semester dua, Kak Sholeh menawarkan sebuah brosur beasiswa dari Yayasan Beasiswa Jakarta. Dari brosur itu dapat kami ketahui bahwa persyaratan untuk mendapatkan beasiswa tersebut ialah sebagai berikut :

Persyaratan Umum :
-          Mengajukan surat permohonan yang di tujukan kepada ketua umum Yayasan Beasiswa Jakarta, dengan melampirkan kartu keluarga dan kartu mahasiswa
-          Bertempat tinggal di DKI Jakarta minimal tiga tahun dan bersekolah/kuliah di Jakarta
-          Berkelakuan baik, rajin dan jujur, tidak terlibat penggunaan narkoba dan obat terlarang serta tidak mengikuti program sebagai penerima beasiswa dan lembaga/instansi lain.
-          Surat keterangan tidak mampu
-          Surat persetujuan orang tua
-          Surat pernyataan tertulis dari siswa untuk mematuhi semua peraturan yang ditetapkan

Persyaratan khusus :
-          Usia maksimal 25 tahun
-          Memiliki Index Prestasi Komulatif ( IPK ) minimal 2,8 untuk mata pelajaran social, dan IPK minimal 3,0 untuk mata pelajaran exsact.
-          Melampirkan surat keterangan belum menikah

Setelah membaca persyaratan itu, tampak sedikit sekali yang berminat untuk mengajukan beasiswa tersebut. Mengingat banyak diantara kami yang merasa tidak bisa memenuhi persyaratan itu, seperti : Fitri yang belum mempunyai KTP DKI, Babay yang sudah menikah, pak Aiman yang umurnya sudah diatas batas maksimal ( Hehe, nyuwun pangapuntene pak Aiman… J ), Susan yang tidak ada waktu untuk mondar-mandir ke RT, RW, kelurahan, kecamatan karena sibuk bekerja. Dan masih banyak sahabat yang lain yang saat itu tidak mengajukan, karena telah menerima beasiswa dari instansi lain. Mungkin itu semua menjadi kendala. Namun, aku dan mbak Erlina begitu antusias untuk bisa mendapatkan beasiswa ini. Kami bersemangat dan yakin bisa berusaha memperoleh beasiswa ini. Setelah merasa yakin, dengan Bismillah kami berdua pun bertekad untuk bersama-sama memenuhi berkas-berkas yang  menjadi persyaratan itu.

Langkah pertama yang kami lakukan ialah membuat Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM), Surat Keterangan Belum Menikah (SKBM), dan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK). Untuk membuat itu semua, kami harus mendatangi ketua RT dan RW untuk meminta Surat Pengantar. Tentu tidak mudah, karena pak RT dan pak RW ini sangat susah ditemui. Terkadang aku harus menunggu berjam-jam, namun tak kunjung datang. Akupun terpaksa pulang dengan tangan hampa dan esok kembali menunggu lagi.

Langkah selanjutnya ialah membuat SKTM, SKBM, dan SKCK di kelurahan. Setelah mendapat Surat Pengantar, esoknya kami meluncur kekelurahan dengan membawa Surat Pengantar disertai fotokopi Kartu Keluarga (KK) dan fotokopi KTP orang tua. Dalam proses ini kami juga menemui kendala, yakni KK kami belum ditandatangani oleh Lurah setempat. Hal itu membuat petugas kelurahan enggan meladeni kami.
“ Ini sudah menjadi peraturan, setiap KK harus ditandatangani oleh Lurah. Kalau tidak ada, ya berarti KK ini palsu dan tidak berlaku…” bantah seorang petugas berkumis tebal.
“ Tapi Pak, KK ini asli, hanya saja saat pembuatan KK, pak Lurah tidak ada ditempat. Tolonglah Pak, kami sangat butuh surat keterangan itu untuk keperluan kuliah kami ?” jawabku penuh iba.
“ Pokoknya, kalian urus dulu KK itu sampai ada tanda tangannya pak Lurah yang asli, tidak boleh atas nama. Baru akan saya buatkan…” tukasnya, tak mau tahu.

Mendengar jawaban itu, kami berdua saling berpandangan dan akhirnya bergegas mencari tanda tangan pak Lurah. Namun, setelah menelusuri setiap sudut dan bertanya sana sini, ternyata pak Lurah sedang tidak ada di tempat. Entah apa alasannya. Yang jelas kami agak kecewa, kenapa setiap kali di butuhkan, beliau tidak ada ditempat. Apa sebenarnya tugas seorang Lurah ? bukankah melayani masyarakat ? apa harus selalu sibuk dengan urusan diluar ??? maafkan kami…

Untuk kedua kalinya, kami kembali memohon kepada petugas kelurahan agar membuatkan kami SKTM dan SKMB hari ini juga. Karena, bagi kami yang memiliki tanggung jawab untuk bekerja, hanya memiliki waktu hari ini. Izin satu haripun rasanya sangat berat dan butuh perjuangan ketika menghadap Kepala Sekolah tempat aku mengajar. Kami tidak mungkin izin lagi. Namun, petugas itu tidak mau tahu apapun alasan kami, dia tetap kukuh tidak mau membuatkan, sebelum KK kami ditandatangani pak Lurah. Kami terus merengek dan berjanji setelah ini akan meminta tanda tangannya. Tapi, sama sekali tak digubrisnya.
Gleeg… kami hanya bisa menelan ludah. Sebegitu pentingnyakah tanda tangan seorang Lurah ? sebegitu berartinyakah tanda tangannya. Hingga KK kami dianggap tak berlaku tanpa tanda tangan itu? Sampai-sampai permohonan kami tak berarti apa-apa tanpa tanda tangan itu ?

“Nggak apa-apa Da. Inilah perjuangan ! kita harus semangat. Besok kita kesini lagi minta tanda tangan itu.. Semoga pak Lurahnya ada ! “ kata-kata mbak Erlina menularkan semangat kepadaku. Aku mengangguk mantap.

Besoknya, kami meminta izin lagi. Meski berat namun kami tetap harus izin. Dan karena keyakinan dan keoptimisan kami, hari ini pun menjadi hari yang lebih baik dari kemarin. Pak Lurah ada, SKTM, SKBM, dan pun selesai dibuat. Sejurus kemudian kami menuju Polsek Penjaringan untuk membuat SKCK dan dilanjutkan meluncur ke Kecamatan untuk meminta tanda tangan pak Camat. Walau melelahkan, namun kami bahagia karena hari ini semua urusan berjalan mulus. Alhamdulillahi robbil ‘alamiin..

Perjalanan kami tidak berhenti sampai disitu. Masih ada beberapa berkas yang harus kami penuhi dan tak kalah pentingnya, yakni Transkip Nilai, Surat Keterangan berkelakuan baik dari pihak kampus, Keterangan sedang aktif kuliah di STAI-Imam Syafi’I Jakarta, dan keterangan tidak sedang menerima beasiswa dari instansi lain. Namun, karena saat itu perkuliahan sedang libur bulan Ramadhan, maka sudah dipastikan para dosen tidak hadir di kampus. Untunglah, dosen kami, Bapak Hasan Luthfy Attamimy, M.A selaku ketua jurusan PAI dibantu dengan putranya, Kak Obby, bersedia dengan setulus  hati membantu kami membuat semua berkas tersebut. Dalam hitungan hari, semua berkas tersebut selesai dibuat dengan baik. Alhamdulillahi robbil ‘alamiiin...
Pak Luthfy dan Kak Obby, kami ucapkan Jazakumullah khairan khairul jazaa. Semoga Allah senantiasa membalas kebaikan kalian dengan balasan yang jauh lebih baik. Aamiin yaa Mujibbatsaailiin…

Yak, semua persyaratan lengkap dan beress ! kami siap mengantarkannya ke Balkot (Balai Kota Jakarta). Namun, lagi lagi tentang perjuangan. Dalam keadaan berpuasa, ditengah terik mentari yang begitu panas membakar kulit, kami berjuang menemukan alamat Balkot itu. Maklumlah, biarpun sudah lama di Jakarta, kami tetap seorang anak daerah yang tak tahu jalan karena jarang sekali keluar. Akibatnya, “nyasar” menjadi sesuatu yang tak bisa terhindarkan. Apalagi ketika kami bertanya kepada seseorang yang tak dikenal, kami justru mendapat alamat palsu, (tapi kami kan bukan Ayu ting-ting , hehee…) Namun pada akhirnya, kami bisa melewati ini semua dan bisa kembali pulang dengan hati puas lagi yakin diterimanya pengajuan ini. Tinggallah kami menunggu pengumuman dengan berserah diri kepada Allah dan berdoa. Hamba tahu, Engkau Maha Melihat perjuangan kami Ya Allah !
Demikianlah pengalaman kami kawan…

Sampai saat ini, kami selalu tertawa terpingkal-pingkal ketika kami mengingat pengalaman nyasar ini. Dan bertambahlah rasa syukur kami ketika kami mengingat hasil dari perjuangan ini. Sungguhlah manis, kawan…
Semoga, pengalaman ini mampu menguatkan keyakinan kita tentang janji Allah bahwa siapa saja yang bersungguh-sungguh maka ia akan mendapatkan apa yang menjadi harapannya. Kami telah membuktikan, ketika kami bersungguh-sungguh meraih beasiswa dengan segenap usaha, doa, keyakinan,  dan pantang menyerah, akhirnya dengan seizin Allah, kamipun mendapatkannya.  Kami bisa, kalian pun pasti bisa !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar